TEORI PENDIDIKAN Pendidikan mempunyai peran dan manfaat yang besar dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak. Pendidikan merupakan usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan peserta didik dalam mencapai potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau tercapainya tujuan yang mulia tersebut maka dibutuhkan teori yang menunjukan kepada bentuk azas-azas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis. Dalam dunia pendidikan telah berkembang teori-teori pendidikan yang bertujuan agar generasi masa depan lebih baik daripada generasi-generasi tersebut adalah sebagai berikut A. Empirisme Teori ini dipelopori oleh Jhon Locke,seorang berbangsa Inggris yang lahir tahun 1623 dan meninggal tahun dengan aliran ini ia menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan,keterampilan dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan oleh pengalaman empiris nyata melalui alat inderanya,baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung. Empirisme barasal dari bahasa Latin,yaitu “empiricus” artinya “pengalaman”.Aliran ini bertentangan dengan paham aliran nativisme,artinya tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi di bawah lahir kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci,dalam pengertian anak bersih dan tidak membawa itu,aliran ini berpendapat bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan menentukan dalam perkembangan pribadi seseorang terutama pengaruh-pengaruh dari dalam faktor keturunan dianggap tidak ada. Ahli empiris mengatakan bahwa pendidikan dan lingkunganlah yang maha kuasa dan yang menentukan hasil pertumbuhan dan kemajuan. Teori ini disebut juga dengan “tabularasa”,artinya meja berlapis lilin yang belum ada lapisannya,atau dengan kata lain seseorang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis,maka pendidiklah yang akan ini menganggap bahwa ketika anak lahir tidak mempunyai bakat,pembawaan atau potensi apa-apa,masih dalam keadaan jiwa yang kosong dan belum terisi sesuatu masih bersih,kosong,tidak ada tulisan atau gambar apa-apa,baik pada kertas atau papan berlapis lilin tersebut ,sehingga mau diisi,diwarnai,digambari atau dibuat apa tergantung dan ditentukan oleh lingkungan yang juga yang terjadi pada perkembangan diri manusia,menurut teori ini sangat tergantung pada lingkungannya,sama sekali tidak ada pembawaan,bakat,potensi yang dapat berkembang pengembangan anak pada pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan anak,ini disebut juga aliran optimisme. Menurut aliran empirisme,mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku ada lima aspek,yaitu 1. Sosiologi,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh hubungan antar individu dalam suatu komunitas sosial. 2. Historis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh ciri suatu masa atau era dengan segala perkembangan peradabannya. 3. Geografis atau lingkungan alamiah,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh letak wilayah. 4. Kultural,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kultural suatu masyarakat. 5. Psikologis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kondisi kejiwaan. B. Nativisme Aliran nativisme berasal dari kata natus lahir,nativis pembawaan yang ajarannya memandang manusia anak manusia sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi dasar.Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang tidak berpengaruh samasekali terhadap perkembangan adalah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap pemikiran Psikologi. Teori nativisme muncul dari filsafat nativisma terlahir yaitu suatu bentuk filsafat yang menyatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor alam yang dipelopori oleh Arthur Schopenheur 1788-1780 seorang filosof Jerman yang berpendapat bahwa “mendidik merupakan membiasakan seseorang menumbuhkan dan membesarkan serta mengembangkan potensi-potensi yang dibawa anak sejak lahir”.Inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaan yang berupa ini disebut juga dengan aliran pesimistik,karena pandangannya yang menyatakan bahwa orang yang berbakat tidak baik akan tetap tidak baik,sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya. Mansur Ali Rajab menyebutkan bahwa ada lima pembawaan yang diwariskan orangtua kepada anaknya,yaitu 1. Pewarisan yang bersifat jasmaniah seperti warna kulit,bentuk tubuh,dll. 2. Pewarisan yang bersifat intelektual seperti kecerdasan dan kebodohan. 3. Pewarisan yang bersifat tingkahlaku. 4. Pewarisan yang bersifat alamiah internal. 5. Pewarisan yang bersifat sosiologis eksternal. Adapun faktor-faktor perkembangan manusia dalam teori nativisme adalah sebagai berikut 1. Faktor genetik,yaitu faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri adalah jika kedua orangtua anak itu seorang yang pandai maka anaknya memiliki pembawaan sebagai seorang yang pandai pula. 2. Faktor kemampuan anak,yaitu faktor yang menjadikan seorang anak dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. 3. Faktor pertumbuhan anak,yaitu faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minat disetiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia akan bersikap energic,aktif dan responsif terhadap kemampuan yang pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mengenal bakat dan kemampuan yang dimiliki. Di dalam teori ini menurut Monad “di dalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”.Sedangkan dalam teori Arthur Schopenhaeur dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/ dengan teori ini setiap manusia diharapkan 1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki,seorang anak bisa mengoptimalkan bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. 2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi,tantangan zaman yang selalu berkembang dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain,sehingga diharapkan setiap manusia bisa lebih kreatif dan inofatif dalam perkembangan bakat dan minat menjadi manusia yang berkompeten yang bisa bersaing dalam menghadapi tantangan zaman. 3. Mendorong manusia dalam menentukan pilihan Hidup adalah pilihan,dalam hal ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut karena meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya. 4. Mendorong manusia mengenal bakat minat yang dimiliki,semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal. Tokoh lain dari nativisme adalah ahli filsafat dan pendidikan dari ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri dalam keadaan sehari-hari sering ditemukan anak mirip orangtuanya secara fisik dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orangtuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan yang baik dan pembawaan karena itu,hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak hal ini sangat jelas bahwa faktor lingkungan tidak ada tidak ada akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi mempunyai pembawaan baik maka dia menjadi orang yang buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah oleh kekuatan luar lingkungan. C. Naturalisme Naturalisme berasal dari bahasa Latin “nature” artinya ini dinamakan juga negativisme yaitu yang meragukan pendidikan untuk berkembang seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang utama aliran ini adalah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik. Teori ini dikemukakan oleh filosof dari bangsa Perancis 1712-1778 berpendapat bahwa “semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta,tapi semua jadi buruk di tangan manusia”,dapat diartikan semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik,tidak ada seorangpun yang lahir mempunyai pembawaan yang tidak baik dan tidak ada seorangpun yang lahir dengan pembawaan yang buruk. Aliran ini ada persamaannya dengan teori nativisme,bahkan kadang-kadang mempunyai perbedaan-perbedaan dalam teori ini mengatakan bahwa sejak lahir anak sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri,baik bakat,minat,kemampuan,sifat,watak dan pembawaan-pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan yang dialami,bukan lingkungan yang yang dibawa anak hanya pembawaan yang baik saja,tidak sama dengan teori nativisme yang meliputi pembawaan baik dan alami pembawaan itu akan berkembang sesuai dengan alamnya sendiri-sendiri secara baik. Menurut Rousseu,jika pendidikan diartikan usaha sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan,mempengaruhi,menyiapkan,menghasilkan apalagi menjadikan anak kearah tertentu,maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan ini sesuai dengan pernyataan Rousseau “pendidikan bukanlah suatu persiapan untuk hidup,melainkan memang hidup itu sendiri”.Pendidikan bukanlah harus mengikuti suatu proses tertentu,melainkan merupakan perkembangan atau pertumbuhan individu yang alami. Oleh karena itu,sebagai pendidik Rousseau mengajukan konsep “ pendidikan alam" yang maksudnya,anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam,yaitu potensi berfikir,berperasaan,berkemauan,berketerampilan,berkembang,mencari dan menemukan sendiri apa yang berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar,anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya. D. Konvergensi Konvergensi berasal dari bahasa Inggris ”convergen”,artinya pertemuan pada satu ini memperbaiki atau mempertemukan dua aliran yang berlawanan di atas,antara nativisme dan ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar bakat,keturunan maupun lingkungan ,keduanya memainkan peranan penting. Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern 1871-1937,ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun perkembangan anak,baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa ada dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata,itu adalah hasil konvergensi .Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbahasa ,melalui situasi lingkungannya anak belajar berbahasa,karena itu semua manusia mampu hewan tidak ada pembawaan bahasa dengan kata-kata,karena itu tidak terdapat seekor hewanpun yang dapat berbahasa dengan kata-kata penuh dengan pengertian seperti pada manusia. TEORI PEMBELAJARAN Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam intraksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefisinikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional dan lingkungan pengaru dan pengalaman untuk memperole, meningkatkan atau membuat perubahan pengetahuan satu,keterampilan,nilai dan pandangan dunia. Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Teori belajar adalah upaya untuk mengambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,sehinga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya.[1] Menurut morgan menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relative tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dengan demikian dapat di ketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang di lakukan manusia dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap , sebagai akibat dari latihan. Selanjutnya menurut Gerow mengemukakan bahwa “learning is demonstrated by areiatively permanent change behavior that occurs as theresult of practice or experience”.[2] Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yangrelatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman –pengalaman. Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.[3] Bedasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen yang penting mencirikan pengrtian belajar yaitu[4] a. Belajar yaitu suatu perbahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik. b. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman ,untuk dapat di sebut belajar maka perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama. Tingkah laku yang mengalami perubahan karna belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis. A. Macam Macam Teori Belajar Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru dan konsep. 1. Teori belajar Behaviorisme Teori behavioristik adalah sebuah yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Teori behavioristic dengan model hubungan stimulus-responnya,mendudukkan oraang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan perilaku semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenal hukuman. Menurut teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses[5] a. Thorndike Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulu dan respon menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati. b. Watson Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon berbentuk tingkah laku yang bisa diamati dengan kata lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor – faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum. c. Clark Hull Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelamgsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan menempati posisi sentral. d. Edwin Guthrie Mengumumkan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon tertentu, stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. 2. Teori belajar kognitivisme Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuanyang telah ada .Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner,dan Gagne yaitu menekankan pada aspek pengelolaan organizer yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Ada beberapa teori belajar berbasis kognitivisme yaitu [6] a. Teori Kognitif Gestalt Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang padanan artinya bentuk atau konfigurasi. Dalam dunia psikologi Gestalt dimaknai sebagai kesatuan atau keseluruhan yang bermakna a unified or meanimgful whole. Pandangan Gestalt lebih menekankan kepada perilaku moral. Perilaku molecular bersifat mekanistik- otomatis dan menitikberatkan kepada perilaku dalam bentuk kontraksi .Gagasan pokok dari teori Gestalt yaitu pengelompokan grouping. Pentingnya grouping dijelaskan melalui hukum Gestalt 1 Proximity, kedekatan objek, yang berdekatatan satu sama lain cenderung mengelompok ; 2 Symmetry, simetri, atau similarity, kesamaan, makin mirip suatu objek makin cenderung mereka mengelompokkan ; 3 Good continuation, kesinambungan, objek yang membentuk garis sambung cenderung mengelompok. b. Teori Belajar Medan Kognitif dari Kult Lewin Kult Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif kognitivefield dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan fisikologi sosial. c. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Ini disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental, teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-tahap pekembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa. d. Teori Discovery Learning dari Jerome Yaitu imingan dari Polandia yang dibesarkan di New York. Dasar teori bruner adalah ungkapan piaget yang menyatakan bahwa anakr harus beperan secara aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan discovery learning, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan timgkat kemajuan berfikir anak. e. Teori Belajar dari Robert M. Gagne Ia menggabungkan ide-ide behaviorisme dan kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. 3. Teori Belajar Konstruktivisme Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofi pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta ,konsep, ataukaidah yang siap untuk diambil dan harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam sebuah situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan lingkungan. Teori adalah seperangkat azaz yang tersususun tentang kejadian – kejadian tertentu dalam dunia dinyatakan oleh McKeachie dalam Grendel. Sedangkan Hamzah menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep produser dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama nya dan dapat dipelajari, dianalisis, dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.[7] Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya. Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru. [1] Eveline Siregar, dan Hartini Nara, M,Si, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 4 [2] M. Thobroni. Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik, Yogyakarta Ar-Ruzz Media, 2016, Cet. 2, hlm. 26 [3] Ibid., hlm 27 [4] Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, Semarang IKIP Semarang Press, 2001, hlm. 76 [5] Hamzah Uno, Model Pembelajaran, Jakarta Bumi Aksara, 2007, hlm. 7-8 [6] Asri C. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2005, hlm. 22-23 [7] Hamzah Uno, hlm 26FaktorFaktor yang Mempengaruhi Perkembangan Orang Dewasa. 1. 3. Aliran konvergensi menyatakan bahwa perkembangan orang dewasa ditentukan oleh faktor pembawaan dan lingkungan. 4. Faktor-faktor yang mempermudah perkembangan orang dewasa adalah kekuatan fisik, kemampuan motorik, kemampuan mental, motivasi untuk berkembang, dan model peran. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pemben-tukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sangat populer, yakni aliran Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi. Aliran Nativisme berpandangan bahwa yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi Tokoh utama aliran ini ialah Arthur Schopenhauer 1788-1860 seorang filosof Jerman. Ia menganut aliran filsafat nativisme, dikenal juga dengan aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Karena penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh sama Berdasarkan pandangan tersebut di atas maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh peserta didik sendiri. Bagi nativisme lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Perkembangan anak merupakan hasil perubahan dari sifat-sifat pembawaan itu sendiri. Secara ekstrem dapat dikatakan bahwa paham ini tidak mempercayai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan anak. Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme dengan tokoh utamanya adalah John Locke. Doktrin aliran empirisme yang amat masyhur adalah “Tabula Rasa” sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis atau lembaran kosong. Tabula rasa menekankan pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Artinya perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada Jika seorang peserta didik memperoleh kesempatan yang memadai untuk belajar ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi, karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik. Dia tidak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya pemusik Suatu prinsip yang dikemukakan oleh John Locke sebagai konsekuensi dari teorinya tentang tabula rasa adalah bahwa setiap tingkah laku pada dasarnya dipelajari. Karena itu tingkah laku dapat diubah melalui pengalaman baru. Prinsip ini disebut sebagai prinsip behaviour modification modifikasi tingkah laku yang dibuktikan dengan percobaannya sebagai berikut 67Abuddin Nata, Akhlak…, Op. Cit., h. 166 – 167. 68 Muhibbin Syah, Op. Cit. h. 43-44. 69Ibid., h. 44. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 101 Diambilnya tiga buah ember. Ember pertama diisi dengan air panas, ember kedua diisi dengan air hangat, sedangkan ember ketiga diisi dengan air dingin. Kemudian orang yang dijadikan percobaan disuruh memasukkan tangan kanannya ke dalam ember yang pertama dan tangan kirinya dimasukkan ke dalam ember ketiga. Kedua tangan itu dimasukkan ke dalam ember yang berbeda secara serempak. Kemudian secara serempak pula kedua tangan itu dikeluarkan dari kedua ember semula dan dimasukkan ke dalam ember kedua yang berisi air hangat secara sempak pula. Maka, tangan kanannya merasa sejuk dan tangan kirinya merasa hangat, padahal kedua tangan itu berada dalam ember yang sama. Terbuktilah bahwa pengalaman masa lalu sangat mempengaruhi persepsi masa kini. Atau dengan adanya pengalaman masa lalu, maka terjadi modifikasi tingkah laku dalam hal ini persepsi.71 Dengan demikian jelaslah pandangan empirisme bahwa pendidikan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor lingkungan, baik melalui pengalaman yang diperolehnya dengan bebas maupun melalui program pendidikan. Sedangkan aliran konvergensi berpandangan bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai dengan pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Dalam proses perkembangannya faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Tokoh utamanya adalah William Stern, dia mengatakan bahwa bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak akan menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan anak yang diharapkan. William Stern berkesimpulan bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, William Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman, juga tidak berpegang hanya pada pembawaan tetapi berpegang pada kedua faktor tersebut sama pentingnya. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebalikya, faktor pengalaman tanpa faktor bakat/pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai yang Untuk lebih kongkritnya dapat diambil sebuah contoh seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kakinya, tetapi apabila 71Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi Cet. III; Jakarta Bulang Bintang, 1991, h. 33. 72Ibid., h. 98-99. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 102 anak tersebut tidak hidup di lingkungan masyarakat manusia, misalnya dibuang ke hutan belantara dan tinggal bersama hewan maka bakat yang ia miliki secara turun-temurun dari orang tuanya akan sulit terwujud. Jika ia hidup bersama sekelompok serigala maka ia akan berjalan di atas kedua kaki dan tangannya. Dia akan berjalan dengan merangkak seperti Serigala. Jadi bakat dan pembawaan tidak berpengaruh kalau lingkungan tidak Teori konvergensi membuka kesempatan yang luas bagi terlaksananya pendidikan sebagai pertolongan belajar kepada peserta didik. Alasannya adalah bahwa potensi intelektual yang dimiliki peserta didik dapat ditumbuhkembangkan melalui proses belajar, meskipun di lain pihak pembawaan peserta didik akan membatasi perkembangan itu. Pendekatan dalam teori konvergensi antara lain melalui pendekatan tingkah laku behavioral, yakni guru dapat menangkap ciri-ciri apakah peserta didik sudah dapat menerima pelajaran atau tidak melalui perilakunya. Tingkah laku itu mencerminkan apakah peserta didik mampu menerima dan memperoses informasi belajar yang diterimanya ataukah tidak. Kalau tidak maka guru dapat mencari informasi apa kendalanya, kemudian menyususn langkah-langkah untuk mengatasinya. Pandangan Islam lebih bercorak konvergensi daripada empiris dan nativis, karena mengakui adanya pengaruh internal berupa keimanan dalam diri dan pengaruh eksternal yang berupa kegiatan sosial dalam Manusia diciptakan oleh Allah swt. selain sebagai hamba juga sebagai penguasa khalifah di atas bumi. Sebagai hamba dan khalifah, manusia telah dibekali kemampuan jasmaniah fisiologis dan rohaniah mental psikologis yang dapat ditumbuhkembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna untuk menjalankan tugas pokoknya di atas dunia ini. Namun proses menumbuhkembangkan kemampuan manusia melalui pendidikan tidaklah menjamin akan terbentuknya watak dan bakat seseorang untuk menjadi baik sesuai kehendak pencipta-Nya, mengingat Allah sendiri telah menggariskan bahwa di dalam diri manusia terdapat kecenderungan dua arah, yaitu ke arah perbuatan fisik yang menyimpang dari peraturan dan ke arah ketakwaan yaitu menaati peraturan/perintah Allah swt.,76 seperti firman Allah swt. dalam QS Asy-Syams 91 7-10 sebagai berikut 74Ibid. 75 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi Revisi Cet. II; Jakarta PT Bumi Aksara, 2005, h. 60. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 103 Terjemahnya Dan jiwa serta penyempurnaannya ciptaannya, Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kejahatan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. QS Asy-Syams [91] 7-10.77 Dengan demikian manusia diberi kemungkinan untuk mendidik diri dan orang lain menjadi sosok pribadi yang beruntung sesuai kehendak Allah melalui berbagai metode ikhtiarnya. Manusia memiliki kebebasan free will untuk menentukan pilihannya melalui usahanya sendiri dan akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang telah diusakannya, sebagaimana dimaksudkan oleh firman Allah swt. dalam QS An-Najm 53 39 sebagai berikut Terjemahnya Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. QS An-Najm [53] 39.78 Persoalannya sekarang adalah apakah faktor pembawaan atau bakat yang lebih dominan mempengaruhi manusia ketika memilih ataukah hanya pengaruh lingkungan? Dalam hal ini Islam mengakomodir kedua-duanya, sebagaimana disebutkan dalam QS Ar-Rum 30 30 sebagai berikut Terjemahnya Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Islam; sesuai fitrah Allah tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. QS Ar-Rum [30] 30.79 Fitrah yang disebutkan pada ayat tersebut di atas berkonotasi kepada paham Nativisme, karena fitrah dalam ayat tersebut bermakna “kejadian” yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus addîen al-qayyim yaitu Islam. 77 Departemen Agama RI, Al-Qur’an.., Op. Cit., h. 595. 78Ibid., h. 527. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 104 Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapapun atau lingkungan apapun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam tiap pribadi Terdapat berbagai interpretasi tentang makna fitrah yang terdapat dalam QS Ar-Rum 30 30 antara lain 1. Fitrah berarti suci suci jasmani dan rohani. 2. Fitrah berarti Islam dienul Islam. 3. Fitrah berarti mengakui ke-Esa-an Allah at-Tauhid. 4. Fitrah berarti murni al-Ikhlash. 5. Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang mempunyai kecenderungan untuk menerima kebenaran. 6. Fitrah berarti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan ma’rifatullah. 7. Fitrah berarti ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan kesesatannya. 8. Fitrah berarti tabiat alami yang dimiliki manusia human nature. 9. Fitrah berarti al-Gharizah insting dan al-Munazzalah wahyu dari Allah.81 Dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa fitrah merupakan potensi-potensi dasar manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian untuk menerima rangsangan pengaruh dari luar menuju kepada kesempurnaan dan kebenaran. Fitrah manusia bukan satu-satunya potensi manusia yang dapat mencetak manusia sesuai dengan fungsinya, tetapi ada juga potensi lain yang merupakan kebalikan dari fitrah ini, yaitu “nafsu” yang mempunyai kecenderungan pada keburukan dan kejahatan, sebagaimana disebutkan dalam QS Yusuf 12 53 sebagai berikut Terjemahnya Dan Aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan, Karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat 80Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Edisi Revisi Jakarta PT Bumi Aksara, 2006, h. 43. 81Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 105 oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. QS. Yusuf [12] 53.82 Untuk itulah maka fitrah harus tetap dikembangkan dan dilestarikan. Fitrah dapat tumbuh dan berkembang secara wajar apabila mendapat pengaruh yang dijiwai oleh wahyu fitrah al-Munazzalah. Tentu saja hal ini harus didorong dengan pemahaman Islam secara kaffah universal. Semakin tinggi interaksi seseorang kepada Islam, maka semakin baik pula perkembangan Komponen-komponen potensi dasar fitrah meliputi 1. Bakat, yaitu kemampuan pembawaan yang mengacu pada perkembangan kemampuan akademis ilmiah, dan keahlian profesional dalam berbagai bidang kehidupan. Bakat berpangkal dari kemampuan kognisi daya cipta, konasi kehendak, dan emosi rasa. 2. Insting atau gharizah, yaitu suatu kemampuan berbuat tanpa melalui proses belajar mengajar. Misalnya melarikan diri, menolak, ingin tahu, melawan, menonjolkan diri, dan lain-lain. 3. Nafsu dan dorongan-dorongannya drives. Misalnya nafsu lawwamah, egosentris, dan lain-lain. 4. Karakter atau tabiat, yaitu kemampuan psikologis yang dibawa sejak lahir. Karakter berkaitan dengan tingkah laku, moral, sosial yang berkaitan dengan personalitas kepribadian seseorang. 5. Hereditas atau keturunan, merupakan kemampuan dasar yang mengandung ciri-ciri tertentu dari warisan orang tua. 6. Instuisi, merupakan kemampuan psikologis manusia untuk menerima ilham dari Tuhan. Instuisi menggerakkan hati nurani di luar kesadaran akal pikiran, tetapi mengandung makna yang konstruktif bagi kehidupan Dalil-dalil lainnya yang dapat diinterpretasikan untuk mengartikan “fitrah” mengandung kecenderungan yang netral,85 antara lain terdapat dalam QS An-Nahl 16 78 sebagai berikut 82Departemen Agama RI, Al-Qur’an …, Op. Cit., h. 241. 83 Muhaimin dan Abdul Mujib, Op. Cit., h. 22-23. 84Ibid., h. 23-25. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 106 Terjemahnya Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur. QS An-Nahl [16] 78.86 Fadhil al-Jamaly berpendapat bahwa firman Allah tersebut di atas menjadi petunjuk bahwa manusia harus melakukan usaha pendidikan pada aspek eksternal mempengaruhi dari luar diri anak dan kemampuan dalam diri anak internal yang bersumber dari fitrah, maka pendidikan secara operasional bersifat hidayah menunjukkan.87 Menurut peneliti fitrah tidaklah netral terhadap pengaruh dari luar, karena potensi yang terkandung di dalamnya secara dinamis mengadakan reaksi respon terhadap pengaruh dari luar. Atau dengan kata lain bahwa dalam proses perkembangannya terjadilah interaksi saling mempengaruhi antara fitrah dan lingkungan sekitar sampai akhir hayat manusia. Dalam pandangan Islam teori nativisme, empirisme, dan konvergensi diakui keberadaannya, tetapi Islam lebih bercorak konvergensi, dengan pandangannya yang mengatakan bahwa semakin tinggi interaksi seseorang terhadap Islam maka semakin baik perkembangan fitrahnya dan semakin rendah interaksi seseorang dengan Islam maka semakin rendah pula perkembangan fitrahnya. Perbedaan ketiga teori tersebut dengan Islam menurut peneliti terletak pada potensi psikologis dan nuansa ilahiahnya. Iman Abdul Mukmin Sa’duddin berpendapat bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah adat atau kebiasaan, sifat keturunan, dan lingkungan. Sifat keturunan berperan mensuplai macam-macam insting, kecenderungan dan kegemaran. Lingkungan membawa insting yang sudah stabil itu cenderung kepada kebaikan atau keburukan. Dalam hal ini agar cenderung kepada kebaikan, mesti ada upaya praktik terus-menerus hingga menjadi adat atau kebiasaan yang sulit Menurut Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin proses terjadinya akhlak ada 5 lima fase, yaitu Pertama; ide, yaitu kata hati atas suatu kecenderungan. Kedua; kecenderungan, yaitu tertujunya seseorang kepada salah satu ide yang tergambar dalam hati dan ingin mencapainya. Jika salah satu kecenderungan 86 Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 275. 87Fadhil al-Jamaly dalam Muzayyin Arifin, Loc. Cit. 88Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, op. cit., h. 40 – 41. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 107 mengalahkan kecenderungan-kecenderungan lainnya maka kecenderungan itu menjadi harapan. Ketiga; Harapan, yaitu menangnya salah satu kecenderungan atas semua kecenderungan dalam hati seseorang. Jika harapan itu telah dipertimbangkan dengan matang dan membulatkan tekad kepadanya maka harapan ini menjadi suatu keinginan. Keempat; keinginan, yaitu sifat diri yang telah membulatkan tekad terhadap salah satu harapan untuk dapat dibuktikan. Kelima; adat, yaitu keinginan yang dilakukan secara berulang-ulang dan lahir dari dalam dengan spontan. Adat inilah yang disebut Sedangkan H. A. Mustofa berpendapat bahwa setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak yang timbul dari kejiwaan. Walaupun panca indra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan yang menjadi dasar seseorang melakukan tindakan, yakni insting, pola dasar bawaan turunan, lingkungan, kebiasaan, kehendak, dan Sementara itu Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga berpendapat bahwa ada 4 empat faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, yaitu insting naluri, adat kebiasaan, keturunan, dan Yatimin Abdullah mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, yakni insting naluri, pola dasar bawaan, nafsu, adat kebiasaan, lingkungan, kehendak dan Dari berbagai pandangan tentang faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak maka peneliti sependapat dengan Abu Ahmadi yang menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor biologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial Menurutnyapembawaan dan lingkungan keduanya menentukan perkembangan manusia (Ngalim Purwanto, 1998:15). Stern dan para pengikutnya meyakini bahwa kedua faktor, yakni pembawaan dan lingkungan, saling memberikan pengaruh terhadap perkembngan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor lingkungan. 0% found this document useful 0 votes16 views15 pagesDescriptionFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGANOriginal TitleMAKALAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGANCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes16 views15 pagesMakalah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PerkembanganOriginal TitleMAKALAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGANJump to Page You are on page 1of 15 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 13 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Tokohaliran konvergensi adalah William Stern (seorang filosof dan psikolog Jerman). 26 Menurut aliran ini akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar (eksternal) yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dengan lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah
- Իснэ ቀчиዲеմыփа εщαщэգምզ
- Пэճ ቬшиφореչе
- Оρጣчυбрቁδа ուሸачεк ուщеςавጩ
- Ո е клиጵωмխн
- Λуφቄኸዦг ሻεրիσιчо
- Зо аտоቩовсው
Menurutpendapat aliran ini secara ekstrim menyatakan bahwa "perkembangan manusia itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor pembawaan atau faktor-faktor yang dibawa sejak lahir." Sejak terjadinya konsepsi yakni proses pembuahan sel telur oleh sel jantan, anak memperoleh warisan-warisan pembawaan dari kedua orang tuanya yang merupakan potensiPembawaansama sekali tidak mempengaruhi proses perkembangan. Hasil dari pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak. Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu: 1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami. 2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya Olehkarena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawah sejak lahir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Filsafat negara 2. Agama 3. Sosial 4. Budaya 5. Ekonomi 6. Politik 7. Demografi Ketujuh faktor tersebut merupakan suprasistem dari sistem pendidikan. EZqi.